Selasa, 10 Mei 2011

Kematian di depan mata

Kematian adalah satu pintu yang mau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, harus dilewati oleh setiap makhluk yang bernyawa. Tak peduli suasana hati apa yang sedang dialami makhluk itu. Sedang sedihkah atau sedang gembirakah. Tak peduli sedang berbuat apa makhluk itu. Sedang berbuat maksiatkah atau sedang beramal kebajikankah. Kematian datang secara tiba-tiba, mendadak, secepat kilat, kedatangannya bagi orang normal tidak pernah diharapkan, kepergiannya tidak pernah diantarkan. Dan semuanya setiap makhluk yang bernyawa harus melewati pintu kematian itu. Tidak ada kecuali ........
Kesadaran akan adanya kematian tidak datang secara tiba-tiba. Banyak yang menolak dengan serta merta karena ada hawa nafsu yang membantu penolakan itu. Merasa dirinya tidak akan mati karena sedang menikmati keindahan dan kegemilangan dunia. Tidak pernah terpikirkan akan adanya kematian yang bisa datang secara mendadak. Mendadak karena seolah-olah tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu. Sebenarnya sich nggak juga. Pemberitahuan akan datangnya kematian jika dicermati secara sadar ada, pasti ada, dan datang seiring dengan berjalannya umur. Rambut yang mulai memutih, gigi yang mulai tanggal satu persatu, kulit yang kian keriput, mata yang semakin tidak bisa meninggalkan kacamata, ingatan yang sudah susah ingat gampang lupa, dan selanjutnya dan selanjutnya. Itu tanda-tandanya.
Dilahirkan seorang diri, matipun seorang diri. Dibungkus kain kafan, dikuburkan di dalam tanah, itupun jika ada yang mengurus.
Ada yang sukarela mau ikut dikuburkan? Tidak seorangpun.
Dibiarkan saja membusuk, digerogoti dengan rakusnya oleh cacing-cacing tanah dan makhluk-makhluk yang hidupnya didalam tanah. Seorang diri. Ingat ...... seorang diri. Tidak ada seorangpunyang menemani. Mana ada yang mau. Suami, istri, anak, saudara, orang tua, kerabat jauh, teman-teman, apalagi orang lain tidak akan ada satupun yang bersedia menemani. Tubuh kita secara fisik hancur dan melebur menjadi tanah kembali. Tulang-tulang saja yang kemungkinan akan bertahan lama karena proses penghancurannya memakan waktu yang panjang.
Harta, pangkat dan jabatan yang sedang diemban, apa yang bisa membantu menghadapi kematian? Nggak ada ...... semuanya tidak akan pernah mampu menghentikan kematian. Semuanya akan say good bye dan semuanya akan berganti kepemilikan, berganti kepengurusan. Jangan heran, begitu kematian menjelang, harta dan jabatan sudah tidak ada lagi, bahkan suami/istri sudah bukan jadi milik lagi, hilang semua, raib semua, wong udah mati mau ngapain lagi ...... Hadapi tuh pertanyaan dari malaikat, hadapi tuh semua balasan dari amal yang pernah diperbuat di dunia, hadapi semua dengan apa adanya. Ya apa adanya, apalagi kalo tidak pernah ada persiapan.
Apakah hal itu pernah terpikirkan?
Sanggupkah menghadapinya?
Kematian tidak akan mungkin bisa dihindari. Sanggup atau tidak sanggup menghadapinya. Kematian akan menghampiri. Tidak hari ini, besok dia datang. Tidak besok hari, minggu depan dia datang. Tidak minggu depan, bulan depan dia datang. Waktunya tidak jelas, bisa saja dia datang sejam sejak sekarang dan tidak akan ada seorangpun yang sanggup menghindar dari kematian. Kematian pasti menjelang.
Istri yang cantik menggairahkan, ditinggalkan. Suami yang gagah ganteng perkasa, ditinggalkan. Anak-anak yang lucu-lucu menggemaskan, ditinggalkan. Saudara dan kerabat yang peduli dan perhatian, ditinggalkan. Teman-teman yang setia, ditinggalkan. Lingkungan yang harmonis dan menyenangkan, semuanya ditinggalkan.
Bahkan sejak kematian menjemput. Mayat yang belum dikuburkan atau yang sudah dikubur sekalipun menjadi bahan yang membuat ketakutan. Ketakutan yang sebenar-benarnya karena sadar merekapun akan mengalaminya.
Semuanya harus dihadapi sendirian.
Masya Allah, Ya Allah ............ Ya Allah ............Ya Allah ............Ya Allah ............Ya Allah ............please forgive me ......... help me ........ for everything I have to face, today and next .......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bunga Rampai

Menggapai kata-kata dalam pencapaian makna perjalanan kehidupan nan fana. Semoga manfaat untuk dunia akhirat.



Blog Rudi Santosa


Terima kasih sudah mau mampir. Seandainya mau copy paste, dipersilakan, asal jangan dibumbui dengan ditambahi atau dikurangi, apa adanya saja. Tolong dituliskan alamat blog ini. Apalagi kalo mau ambil fotonya mohon dapat disebutkan dengan lengkap dan benar sumber foto tersebut. Kalo sudah diedit agar disebutkan dengan jelas bahwa tulisannya sudah diedit. Dengan demikian tanggungjawabnya beralih kepada pengedit tulisan saya. Hak cipta hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala.















Supporters