Selasa, 17 Januari 2012

Tahu

Tahu dibuat dari kacang kedelai yang dihancurkan dengan cara digiling dan diproses sedemikian rupa sehingga didapatkan bentuk seperti yang biasa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Katanya sich melalui proses fermentasi. Kalo saya mah orang awam, taunya tahu digiling diperas saripatinya dicampur bahan bahan tertentu didiamkan dimasak terus dipotongin sesuai bentuk yang diinginkan atau dibungkus dengan cetakan berukuran tertentu sehingga begitu sudah jadi ya nggak mesti dipotongin lagi.
Syahdan menurut ceritera bahwa tahu berasal dari daratan Tiongkok yang dibawa bersamaan dengan migrasinya para penduduk Tiongkok ke Indonesia. Termasuk kebudayaan yang kuno karena tahu tidak hanya sekedar makanan yang merakyat tetapi sudah merasuki sendi-sendi kehidupan. Ya iyalah kan dimakan jadi tulang jadi daging .... Katanya juga asal kata tahu itu sebenernya tauhu (bahasa hokkian, tiongkok) cuma karena agak agak gimana gitu melafalkannya maka jadi tahu saja.
Tahu makanan yang bisa dikonsumsi oleh manusia sejak berumur kecil-kecil banget, kenapa demikian? Kemungkinan karena teksturnya yang sangat lembut sehingga mudah dikunyah dan dicerna oleh anak kecil sekalipun. Tidak ada tahu yang keras seperti beton. Dimanapun adanya, tahu pasti lembek. Kalaupun keras kemungkinan karena sudah dicampur beton ho ho ho ..............
Saya mengenal tahu sejak saya inget hidup di dunia ini. Dulu waktu masih tinggal di Ciamis seringkali disuruh khusus untuk beli tahu dari pabriknya. Makanya masih inget bentuk gilingan tahu yang dibuat dari batu dibentuk silinder yang bisa diputer puter terus penampungannya dibuat semacam pancuran untuk menampung hasil gilingan. Ini pabrik tahu masih tradisional punya dalam pengolahannya. Tahu yang dihasilkannya pun hanya sedikit dan pasti langsung habis. Bahkan kadang-kadang kalau nggak kebagian tahunya suka beli juga bungkil tahu alias ampasnya. Nah kalau bungkil tahu nggak bisa dimakan begitu saja tapi harus diolah dulu. Bisa dibuat pepes bungkil atau dibuat jadi campuran opak sampeu. Pepes bungkil nggak bisa enak kalo nggak dicampur telor ayam kampung. Kalo bungkil to rasanya hambar kaya nyicipin busa jok mobil ha ha ha hi hi hi ...........
Itu kalo beli tahu ada kesenangan tersendiri, yang jualannya namanya Ceu Empat, Fatimah kali nama lengkapnya, orangnya ramah dan baik banget, kesenangannya itu gini, belinya jangan didatengin ke pabriknya karena kalau di pabrik khusus mengolah tahu saja sampai siap goreng. Tapi di pabriknya juga emang ada yang sudah digoreng buat dijual. Nah ...... biar mantep didatengin ke rumahnya tempat ngegoreng tahu. Biasa lah bisa nyicipin tahu panas beberapa biji mah gratis .......... Atau kalo lagi kebetulan ada makanan ya ikut disuguhin juga ; keripik pisang, raginang, saroja, paisan sampeu alias katimus, dan lain sebagainya. 
Namanya juga anak-anak, beli tahu berapapun karena perjalanan dari rumah ke pabrik tahu lumayan rada-rada jauh ....... ya begitulah di perjalanan ada saja tahu yang dimakan. Bahkan pernah karena belinya ngajak teman, sang tahu sampai rumah tinggal setengahnya saja. Nggak apa apa tuh orang tua, kalau udah begitu modelnya belum pernah disuruh balik lagi buat beli tahu gantinya. Biasanya Ceu Empat yang disuruh dateng nganterin tahu. Hi hi hi ...... orangtua tea atuh berkuasa ....... anaknya ga bisa dipercaya ya panggil aja tukang dagangnya ......
Kesininya sering beli tahu tuh di Pasar Panawangan, biasanya sepulang sekolah sengaja beli tahu sekalian beli tempe. Kalau yang di pasar bentuk tahunya lebih variatif dan lebih memikat karena dibungkus dengan beraneka macam wadah. Sampai rumah diolah lagi dibuat tahu isi atau sayur tahu. Enak dech pokoke .......... sejak masuk SMP, Pabrik Ceu Empat kayanya sudah nggak berproduksi lagi karena orangnya pindah ke lain daerah.
Sebenarnya rasa tahu itu sama saja, tapi ada yang terkenal ada juga yang biasa-biasa saja. Tahu sumedang lebih terkenal karena rasanya yang khas dan tidak ada yang menandingi biarpun bahan dan cara produksinya sama persis. Ada sesuatu yang membedakan hal ini yaitu air bahan baku pengolahannya. Kenapa? Saya nggak tau kenapa. Tapi kemungkinan dari kandungan yang ada di airnya berpengaruh terhadap kualitas tahu yang dihasilkan. Orang yang sudah biasa makan tahu sumedang pasti akan dapat membedakan mana tahu sumedang asli mana yang  sekedar tiruan saja. Tersohor lho sampai ke mancanegara karena kekhasan rasanya.
Waktu tinggal di Bandung, makanan favorit ya tahu sumedang itu, biasanya saya beli di Pasar Gegerkalong sore hari terus goreng sendiri. Lain lho rasanya kalo goreng sendiri berbeda banget dengan yang dijual di luaran rasanya gimana gituh rasa irit dan murah meriah ha ha ha ...... Maklumlah namanya juga anak kost .......... Tapi kalo pagi hari sukanya sengaja nongkrong di depan warung yang jualan tahu isi depan Fak Teknik UPI kalo sekarang mah yang arah ke Pesantren Daarut Tauhid terutama kalo udah mendekati tanggal tua. Tahu isinya mantap tenan, girinyih badag jeung raos pisan matak wareg sapoeeun. Siang harinya kalo pas waktunya makan siang sengaja ke warung Abah di pojokan terminal Ledeng. Tau dech nama aslinya siapa yang saya inget nama panggilannya aja. Itu sayur tahu campurnya enak bener rasanya, terus bisa pesen tahu goreng panas  banget sama cocolan kecap cabe. Euuuuuuuuuh ............. nambah tuh makan. Sekarang masih ada nggak ya???
Tahu itu makanan sehat, murah, dan bermanfaat. Sayang sekali bahan bakunya kebanyakan  diimpor dari luar negeri padahal tahu adalah makanan rakyat yang keberadaannya kalo bisa diusahakan jangan sampai mempunyai ketergantungan ke luar negeri. Bisa dibayangkan kalau si luar negeri tidak mau menjual kedelainya kesini, apa jadinya? Gimana atuh caranya supaya bisa berswasembada tahu? Padahal sepanjang yang saya inget, sebenarnya kedelai adalah tanaman yang gampang banget hidupnya bahkan tidak dirawatpun masih menghasilkan minimal daunnya numbuh hijau bisa dibikin makanan ternak.
Beneran lho ...... ga dikasih pupuk aja itu kedelai bisa tumbuh dan menghasilkan. Emang sich ga maksimal hasilnya tapi dari situ bisa diartikan bahwa kalo ada niat nanemin kedelai di Indonesia pasti bakalan tumbuh subur. Tinggal maunya aja ngurusin dengan benar supaya  hasilnya maksimal. Kalo ada lahan tanah nganggur, silakan dech coba sendiri beli kedelai mentah sedikit aja terus sebarin ga usah diapa-apain. Tunggu beberapa hari pasti numbuh. Yang masih muda umur sebulanan daunnya udah bisa dipanen buat lalapan boleh kalo doyan ato buat makanan kambing pasti demen tuh kambing makan daun muda kedelai.
Kalo udah ada buahnya yang masih hijau hijau agak gendut dikit itu tanaman dah bisa dipanen juga diiketin 3 pohon 3 pohon terus dikukus, harganya seceng seiket, enak banget dech sambil nyisil makannya sekalian nonton bola.
Kedelai pada umumnya memang seperti dianaktirikan oleh para petani karena mereka tidak melihat keunggulan dari pembudidayaan tanaman tersebut. Beda sekali perlakuannya jika dibandingkan dengan menanam kacang panjang sebagai tanaman palawija dan biasa ditanam di sela-sela pepohonan lain atau bahkan ada yang khusus membudidayakannya pada lahan tersendiri. Atau kalau memang kacang panjang berhasil dengan sangat baik budidayanya apakah mungkin tahu dibuat dari kacang panjang? Inovasi baru nich ............... Atau bisa saja dibuat dari segala macam jenis kacang-kacangan ; buncis, roay, jaat ......... bisa nggak ya? Ada yang pernah coba belum ya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bunga Rampai

Menggapai kata-kata dalam pencapaian makna perjalanan kehidupan nan fana. Semoga manfaat untuk dunia akhirat.



Blog Rudi Santosa


Terima kasih sudah mau mampir. Seandainya mau copy paste, dipersilakan, asal jangan dibumbui dengan ditambahi atau dikurangi, apa adanya saja. Tolong dituliskan alamat blog ini. Apalagi kalo mau ambil fotonya mohon dapat disebutkan dengan lengkap dan benar sumber foto tersebut. Kalo sudah diedit agar disebutkan dengan jelas bahwa tulisannya sudah diedit. Dengan demikian tanggungjawabnya beralih kepada pengedit tulisan saya. Hak cipta hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala.















Supporters