Rabu, 25 Juli 2012

Sadewata

Potensi Desa Sadewata sangat banyak yang bisa dikembangkan. Apalagi jika kelestarian alamnya dapat dijaga. Salah satu potensi terbesarnya adalah adanya Situ Hyang yang sangat berarti keberadaannya bagi wilayah sekitarnya. Situ Hyang dapat memasok kebutuhan bahan baku air baik untuk pengairan sawah, kolam, atau bahan baku air bersih jika dikelola dengan manajemen yang baik. Dengan debit air yang lumayan besar dapat juga digunakan untuk menggerakkan dinamo penghasil listrik. Sayang semua itu belum terjamah karena tidak ada dana.

Saya akan membahas satu per satu potensi yang ada berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang telah dijalani. Potensi tersebut terdiri dari :
Perikanan
Peternakan
Perkebunan
Pariwisata

Dari sisi Perikanan :
Banyak sekali penduduk yang memiliki kolam ikan dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Kolam ditanami dengan beraneka macam ikan diantaranya : nila, mujair, mas, lele, gurame, tawes, bawal berlin dan ada juga ikan-ikan langka khas sunda ; beureum panon, nilem, beunteur, jongjolong.
Keberadaan kolam yang dimiliki para penduduk dialiri air dari sungai yang belum pernah kering sepanjang musim karena pasokan airnya dari mata air yang tersebar di seluruh desa. Mata air ini berasal dari hamparan perbukitan yang mengelilingi Desa Sadewata. Keberadaan mata air akan terjaga jika kelestarian pepohonan di hamparan perbukitan dapat terjaga dengan baik. Masalah kelestarian pepohonan yang tumbuh di hamparan perbukitan ini adalah tanggungjawab semua orang. Jangan sampai ada orang yang semena-mena menggundulinya untuk kepentingan pribadi. Saya masih ingat sekitar tahun 1980-an pernah ada demonstrasi warga Desa Sadewata di perbukitan sekitar Gunung Citerong yang berada diatas Desa Sadewata akibat gundulnya kawasan tersebut terkena pembalakan liar. Gunung Citerong sekarang sudah tidak berbentuk hutan tropis lagi karena pepohonan yang ada sudah merupakan tanaman hasil budidaya manusia.
Tapi mata air di beberapa tempat yang ada di Desa Sadewata masih mengalirkan airnya dengan debit yang bervariasi, tentu saja ada penurunan jumlah karena ketersediaannya terpengaruh dengan keberadaan habitat pepohonan yang semakin berkurang. Sangat bersyukur, alhamdulillah, air masih mengalir dan dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Keluarga saya juga punya kolam dengan mata air yang sangat bening di sekitar kawasan Cileungsing. Di atas mata air ada pohon picung (kelewek, kluwek, pucung) yang sangat besar dan merupakan warisan dari pemilik kebun sebelumnya. Saya dulu sempat mempunyai keyakinan bahwa mata air yang ada dibawahnya dihasilkan dari pohon picung tersebut. Setelah sekian lama, baru tahu bahwa mata air dihasilkan tidak hanya dari 1 pohon saja. Harus ada berapa ribu pohon untuk menghasilkan mata air untuk debit yang cukup.

Dari sisi Peternakan
Peternakan di Desa Sadewata didominasi oleh peternakan kambing. Banyak juga orang yang memiliki hewan kambing yang dipelihara secara baik. Hewan kambing ini biasanya dijual ke beberapa tempat pasar hewan di Cikijing, Panjalu, Panawangan, Kawali, ataupun Lumbung. Kebanyakan dibawa ke Pasar Cikijing menggunakan kendaraan bak terbuka.
Dulu waktu berangkat sekolah ke SMP Panawangan (1983) sangat sering berteman satu moda angkutan dengan kambing yang dibawa ke Pasar Panawangan terlebih dulu untuk selanjutnya diangkut ke Pasar Cikijing.
Ada banyak yang saya kenal orang yang mempunyai keahlian berdagang kambing di Desa Sadewata, menjadi bandar kambing. Mereka termasuk orang yang berhasil dari sisi materi dan bisa naik haji berkat berjualan kambing. Ketekunan menjalani jenis usaha ini bisa dibilang sebagai jalan sukses meraih penghasilan tinggi. Dengan harga kambing yang relatif stabil dan kemurahan alam untuk pakan kambingnya dapat dibayangkan keuntungan yang akan diambil dengan adanya peternakan kambing ini. Kambing memang hewan yang bersahabat dengan manusia, bahkan kotorannya pun dapat digunakan kembali untuk pupuk dengan nilai jual tinggi.
Di Desa Sadewata jarang sekali yang memelihara sapi. Kalau kerbau masih ada, tapi tidak terlalu banyak dan biasanya digunakan untuk membajak sawah. Sampai sekarang masih ada dan lestari tidak tergeser oleh alat bajak mesin. Sapi dan kerbau jarang dipelihara karena terkait dengan tabu yang tidak boleh dilanggar oleh keturunan Desa Sadewata. Tabu ini ada karena pernah diucapkan oleh leluhur Desa Sadewata yang berlaku semacam undang-undang lisan dengan reward dan punishment yang cukup jelas. Tabu juga bagi keturunan Desa Sadewata untuk mengadakan pertunjukan wayang saat hajatan sunatan atau nikahan. Tabu ini tinggal diikuti saja sebenarnya, nggak mesti protes karena nggak ada ruginya. Memelihara sapi atau kerbau selain memerlukan tenaga yang besar juga dana pembelian awal dan pemeliharaan untuk pakannya relatif lebih banyak memerlukan dana. Demikian juga menanggap wayang dananya sangat besar dan memerlukan penjagaan dari pihak kepolisian karena yang menontonnya sangat banyak. Tau sendirilah yang namanya orang sunda mah pasti suka wayang.
Dulu peternakan ayam ras juga banyak, tapi sekarang sudah jauh berkurang karena mahalnya pakan dan biaya operasionalnya tidak sepadan dengan hasil yang diperoleh.

Dari Sisi Perkebunan
Perkebunan memang ada, tapi jangan dibayangkan kebunnya seperti yang ada berlokasi di Kepulauan Riau dalam hal ini perkebunan kelapa sawit. Perkebunan di Sadewata tidak tertata dengan baik karena produk unggulannya beranekaragam. Di masa lalu memang ada perkebunan sereh yang diambil daunnya untuk selanjutnya diproses di pabrik pengolahan sereh. Kebunnya sendiri tidak berada dalam satu hamparan perkebunan tapi hanya ditanam secara sporadis dan tidak dijadikan lahan khusus perkebunan sereh. Saatnya pabrik minyak sereh berproduksi, sereh sereh yang berasal dari berbagai tempat dikumpulkan untuk dijemur dan diproses. Hasil minyaknya yang saya tau dijual ke Bandung, ada pengepulnya. Entah sekarang pabrik tersebut masih ada berproduksi atau sudah ditutup nggak ngerti.
Hasil kebun yang lainnya adalah batang-batang pohon kayu : sengon, albasia, afrika, nangka, kelapa, aren, mangga, cempedak, duren, cengkeh untuk bahan bakar pembuatan bata dan genteng yang kebanyakan dikirim ke daerah Jatiwangi. Para pemilik truk biasanya mengirim batang-batang kayu secara harian dan pulangnya membawa batu bata dan genteng untuk dijual kembali kepada para warganya. Biasanya mereka bawa karena sudah banyak pesanan.
Selain itu kelapa juga jadi produk unggulan dari Sadewata, namun sayang tidak berkembang karena kurang diberdayakan.
Pohon bambu juga banyak sekali kebunnya, biasa kebonna mah ancal-ancalan, tapi sepertinya digunakan hanya untuk keperluan para penduduk sekitar saja. Jarang yang dikirim ke luar daerah Sadewata karena mungkin pohon bambunya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan se-Sadewata saja.
Kalau Pohon Aren, sampai sekarang masih lestari. Banyak sekali gula merah yang dihasilkan oleh para penduduk pengelolanya.
Yang sedang trendi masa ini (2013) adalah penanaman kayu albasia, sengon untuk keperluan industri. Silakan perhatikan sepanjang jalan menuju Sadewata banyak sekali tanaman sengon yang sengaja dipelihara. Pemiliknya mudah-mudahan masih orang Sadewata asli.

 

1 komentar:

Bunga Rampai

Menggapai kata-kata dalam pencapaian makna perjalanan kehidupan nan fana. Semoga manfaat untuk dunia akhirat.



Blog Rudi Santosa


Terima kasih sudah mau mampir. Seandainya mau copy paste, dipersilakan, asal jangan dibumbui dengan ditambahi atau dikurangi, apa adanya saja. Tolong dituliskan alamat blog ini. Apalagi kalo mau ambil fotonya mohon dapat disebutkan dengan lengkap dan benar sumber foto tersebut. Kalo sudah diedit agar disebutkan dengan jelas bahwa tulisannya sudah diedit. Dengan demikian tanggungjawabnya beralih kepada pengedit tulisan saya. Hak cipta hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala.















Supporters