Empang dalam bahasa Indonesianya yang berarti kolam tempat memelihara ikan. Bisa untuk memelihara ikan konsumsi atau untuk merawat ikan hias tergantung dari jenis ikan yang dipelihara pada kolam tersebut.
Dalam bahasa sundanya disebut balong. Balong ini dibuat untuk membudidayakan segala jenis ikan air tawar. Di daerah saya, Ciamis, biasanya balong dibuat di sekitar rumah tinggal mengingat luasnya tanah yang ada bahkan ada rumah yang dikelilingi balong. Ada juga balong yang dibuat di sekitar pesawahan atau di sekitar mata air. Tapi jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan dengan balong yang dibuat di sekitar rumah karena perawatannya lebih optimal dan tentu saja pengawasannya lebih mudah.
Pada masa-masa yang lalu, balong berfungsi juga sebagai sarana MCK. Tempatnya dibuat sedemikian rupa sehingga orang-orang dapat dengan nyaman bahkan sangat nyaman dalam melaksanakan hajatnya baik mandi, mencuci, maupun buang air besar. Tentu saja tidak ada septik tank karena semua limbah langsung nyemplung ke balong dan biasanya menjadi makanan ikan yang hidup di dalamnya. Sekarang, seiring dengan telah berkembangnya pengetahuan tentang kebersihan lingkungan hidup, MCK diatas balong memang masih tetap ada tapi penggunaannya sudah lebih terbatas dan modern dengan disediakannya sarana kakus yang terhubung dengan septik tank sehingga limbah yang semula menjadi makanan ikan sudah tidak ada lagi. Memang tidak bisa semuanya hilang karena hal ini sepertinya sudah menjadi tradisi.
Pada saat masih menjadi MCK murni segala jenis limbah menjadi makanan ikan. Ada beberapa orang yang sangat enggan mengkonsumsi ikan dari kolam seperti ini karena terbayang-bayang dengan bahan makanan yang dimakan ikan. Hal ini sangat menghambat pemasaran ikan yang dipelihara di balong. Apalagi Ciamis dari dulu sangat terkenal dengan ikan gurame besarnya. Untuk mensiasati konsumen yang sangat apik itu, biasanya ikan gurame yang besar sebelum dipasarkan selalu dikarantina di balong kecil yang tidak terkontaminasi MCK, didiamkan beberapa hari sampai ususnya bersih. Memang ada penurunan berat badannya tapi masih bisa ditolerir dengan adanya harga gurame yang selalu bagus, sehingga pengkarantinaan ini hampir selalu dilakukan para pedagang. Cara mengkarantina tidak mesti di balong, bisa juga dilakukan di bak kecil atau tong plastik. Yang penting ikan gurame yang dijual tidak kelihatan lagi baik bau atau rasa dari pakan yang disantapnya. Dan disitulah seninya makan ikan tawar, kita tidak pernah tahu pasti apa makanan si ikan karena beraneka ragamnya pakan ikan mulai dari benda mati sampai dengan benda hidup.
Untuk pengisian air balong menggunakan air dari mata air atau dari saluran air yang ada. Jika balongnya diairi dari sumber mata air yang masih alami biasanya ditanami dengan ikan-ikan yang gampang mabok dan sensitif seperti ikan tawes, ikan mas, ikan beureum panon, ikan beunteur, ikan nilem, ikan gurame. Sedangkan untuk balong yang diairi dari air yang lumayan banyak residunya, keruh karena banyak limbah, biasanya ditanami ikan mujair, ikan nila, ikan lele, ikan bawal air tawar, ikan boncel yang relatif lebih tahan banting dan kuat sengsara. Tapi ini bukan hal yang baku karena penyebaran bibit ikan tergantung kepada kemampuan si empunya balong juga.
Masa-masa sekarang banyak sekali pedagang yang menyediakan bibit ikan. Sayangnya hanya ikan dengan tingkat konsumsi tinggi dan dominan saja yang diperdagangkan seperti ikan bawal air tawar, ikan lele, dan ikan nila. Ikan-ikan bersejarah seperti ikan beureum panon, ikan were, ikan nilem jarang diperdagangkan. Ada sich yang bisa menyediakan tapi dengan harga yang tinggi dan perlu waktu lama untuk mendapatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar